Catatan perjalanan di
Lambar
Pagi yang tidak terlalu cerah mengawali perjalanan
penelitian kami di kabupaten Lampung Barat. Rona cerah nan sumringah mengiringi
langkah perjalanan kami. Aku sudah bersiap sejak malam hari mempersiapkan
segala keperluan yang dibutuhkan selama penelitian dan juga keperluan pribadi
selama disana. Pagi hari seperti biasa rutinitas kujalankan, namun sedikit
berbeda ditengah libur kuliah yang biasanya agak nyantai kini kupercepat
seperti hari biasanya. Pagi-pagi sekali sebelum memulai aktivitas aku terlebih
dahulu mampir ke pasar Terminal dekat rumah untuk membawa sedikit camilan dan
berpamitan dengan embah(panggilan untuk nenek bahasa Jawa).
Setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah aku segera mandi
dan bersiap untuk berangkat. Namun ada yang sedikit megganjal pada waktu itu.
Aku ingin memastikan apakah rute perjalanan kami melewati kota kecil tempat aku
tinggal. Ku hubungi teman satu tim via sms tidak dbls, lantas kucoba menghubugi
lagi dengan telfon juga tidak diaangkat. Dalam hati aku merasa tidak tenang
karena jika memang melewati kota tempat aku tinggal, maka aku tidak perlu
jauh-jauh datang ke kampus yang lumayan jauh karena memakan waktu kurang lebih
satu jam. Akhirnya aku putuskan untuk menghubungi dosen yang mengkoordinir
penelitian ini dengan berharap jawaban yangpasti. Namun sayang jawabannya tidak
memuaskanku karena beliau tidak tahu dan merekomendasikanuntuk bertanya pada
temanku tadi. Aku tidak larut dalam kebimbangan itu dan segera mandi untuk
mengefisienkan waktu. Hingga pukul delapan balesan sms tidak juga muncul. Pada
waktu itu kami hendak berangkat pada pukul sepuluh sehingga aku masih punya
waktu satu jam untuk memastikannya. Karena jikalau memang tidak melewatikotaku
aku harus menuju kekampus dgn jarak waktu tempuh selama kurang lebih atu jam
itu. Tidak lama setelah aku hampir siap embah datang ke rumah untuk suatu
keperluan kami mengobrol sejenak. Sampai akhirnya temanku menelfon dan bilang
kalu kita lewat rute lain. Akupun bergegas berangkat menuju kampus.
Pagi itu aku kurang beruntung. Bus yang aku tumpangi
berjalan sangat lambat lagi pengap didalam. Tidak ada pilihan lain selain
bersabar untuk dapat samapi di kampus. Aku duduk dibaris kedua terakhir dekat
pintu. Sengaja aku pilih disitu karena
ada perempuan yang duduk
disamping saya dan saya merasalebih nyaman. Dia mengawali pembicaraan di bus.
“ mau kemana
dek?”(tanya dia padaku)
“k Lambar mb”
“wah jauhnya ya..mau pulang apa gimana?”
“ enggak ada perlu aja disana mb”
“oh gitu...”
Lebih dari setengah perjalanan dilalui, temanku menelfon
tentang keberdaanku.
“halo..”
“iya..”
“lagi dimana ta”
“ masih nyampe Brenung, kenapa”
“ enggak kita kumpul depan Indomaret depan kampus ya?”
“oh iya”
“sip”
Cukup lama hngga akhirnya kami berkumpul dan berangkat dari
Bandar Lampung. Tim kami berjumlah 7 orang diantaranya satu sopir dan kelima
teman satu angkatan dijurusan ilmu pemerintahan. Ditambah lagi dengan sopir
jadi kami berdelapan.
Kami berangkat pukul sebelas dari Bandar Lampung. Rute
perjalanan kami lewat jalur kota bumi –liwa denga jarak waktu tempuh sekitar 6
jam. Awalnya kami agak canggung,
beruntung diantara kami ada yang mudah mengondisikan suasana menjadi ramai
dengan celotehan yang gak karuan namun tetep ada maknanya. Kami juga mendapat
dosen yang sangat akrab dengan mahasiswa dan sopir yang suka bercanda. Suasana
perjalanan begitu fun dan tidak membosankan sehingga jarang diantara kami yang
mengantuk dan tertidur sebab sangat jarang moment seperti ini didapati.
Sampailah kami di kabupaten Lampung Tengah dengan jalannya
yang lumayan mengocok perut dilanjutkan dengan Kota Bumi yang katanya
Rabel(rawan begal) alhamdulillah kita lewati dengan aman dan mulus.
Selama diperjalanan banyak yang kami bicarakan mulai dari
keadaan jalan,sampai dengan kebijakan pembuatannya, birokrat, seputar kampus,
dan yang tidak kalah pentingnya seputar penelitian yang akan kami lakukan.
Namun semua itu diramu dengan bumbu-bumbu candaan yang mengocok perut. Belum
lagi ditambah pemadangan yang Masyaalloh indahnya tak terperi membuat mata ini
enggan berpalig meski hanya sedetik.
Sekincau yang selalu menangis, menangis ini konotasi yang
saya buat sendiri artinya hujan. Sebelum sampai disini kami harus melewati
tikungan yang tajam dan penuh degan resiko dikanan kiri jurang dan genangan di
jalan yang kami lalui. Hawa dingin mulai merasuk tidak beberapa lama sebelum
kami sampai di Sekincau. Suhu udara yang tak biasa kita dapati di Bandar
Lampung dan sekitarnya. Pemandangan tebing yang menjulang dan bukit-bukit
berjajar serta rimbunnya pepohonan mengobati rasa takut kami terhadap tracking
perjalanan kami kali ini.
Way ngison, ka tersebut saya jumpai di Pringsewu yang itu
adalah sebuah desa yang letaknya cukup jauh di daerah pagelaran. Namun Way
ngison kali ini ada juga di Lambar. Karena itulah aku jadi tahu kalau Way
ngison itu berarti Air dingin. Jadilah sepanjang kami disana saat hendak mandi
salah satu teman kami tak lewat mengucap ngison(dingin).
Sekincau yang selalu hujan membuat jarak pandang tidak terlalu jauh. Dalam benak saya berpikir
gimana caranya orang jemur baju disini wong hujan terus?. Dingin dan terlihat
putih disekeliling itu pemandangan yang kami dapati disana. Setelah lewat dari
sekincau kami kembali melewati tikungan tajm dan tebing yang tinggi serta bukit
yang berjajar. Beberapa diantaranya mungkin ada gunung Pesagi dan Seminung yang
terkenal dengan mitosnya serta ketinggiannya yang sering dimanfaatkan pendaki
untuk melakukan kegiatan pendakian disana. Kami melewati sebuah masjid diatas
tebing berwarna orange nampak dari jauh seperti kuil namun itu adalah sebuah
masjid yang terlihat indah dan kokoh dari sekelilingnya. Kata temanku masjid
itu disebut masjid artis yang terkenal indah dan menjadi tempat favorit untuk
berfoto ketika berkunjung.
Seolat fardhu kami agendakan untuk dijamak untuk memudahkan
perjalanan kami. Pukul 17.30 kami sampai di Liwa dengan disambut hujan lalu
kami mencari hotel yang paling dekat
dengan kantor Pemda Lambar. Di hotel itu hanya dosen kami yang menginap selama
2 malam. Awalnya aku dan wina diajak untuk menginap karena hawatir merepotkan
rumah teman. Namun atas kehendak kami, kami memilih untuk menginap di rumah
teman karena sudah disiapkan.
Di rumah teman kami diberi dua kamar masing-berdua dan
bertiga. Saya dengan dina dan ketiga teman kami yang laki2 beserta sopir. Ada yang special dari menu makan malam kami
yang khas dengan daerah ini. Sambal hulapu(
keong besar dimasak sambal merah) dan tumis daun labu siam. Makanan
tersebut tidak kami jumpai di tempat kami. Rasanya menggoda lidah untuk tidak
berhenti mengunyah. Malam hari ba’da isya kami kembali ke hotel untuk rapat
dengan dosen terkait penelitian yang akan kami lakukan esok pagi. Ada perubahan
terhadap rencana kami sebelumnya sehingga kami harus merapatkannya. Sampai
dengan pukul 22.00 kami kembai ke rumah teman untuk istirahat.
Esok hari kami sudah bangun pagi-pagi dan bergegas dengan
data utama dan quisioner yang harus kami bagikan. Tempat pertama yang kami
kunjungi adalah kesbangpol. Disana kami disambut ramah oleh pegawainya. Cukup
lama kami berada disana untuk mengurusi surat izin dan sebagainya. Setelah
selesai kami berpencar dengan tugas kami masing-masing.
Kami kurang beruntung kali ini, karena bupati, satker,
beserta jajarannya pergi keluar kota untuk mengikuti DL. Selama seharian kami
berputar-putar di kantor bupati, berharap agar tugas kami dapat terealisasi
dengan baik. Namun nampaknya usaha kami kali ini memang belum membuahkan hasil
karena jika dipresentasi kami baru mendapat 25%dari pekerjaan kami itu artinya
masih banyak yang harus kami lakukan esok hari. Tidak semua tempat yang kami
jumpai mendapat sambutan dan respon yang baik. Sesekali kami harus megencangkan
urat leher kami karena menghadapi mereka yang nota bene “sibuk sekali “atau
benar-benar sibu, dan mereka yang kurang suka dengan kedatangan kami.
Kobyektifan data menjadi tujuan utama kami melakukan penelitian ini. Namun
tidak mudah untuk mendapatkannya, terkadang kamipun tidak mendapat apa-apa.
Karena lagi-lagi transparansi dan profesionalitas birokrat menjadi PR bagi semua
yang akan dan sudah menjadi bagian dari padanya supaya tidak lagi seanter kita
dengar ada tindak pindana korupsi yang dilakukan oleh kalangan birokrasi
terutama di Lambar tempat dimana kami melakukan penelitian. Ada yang menjadi
perhatian kami disini, dimana kemenangan bupati diperoleh kurang lebih 90%
dibandingkan dengan lawannya. Why?beberapa warga yang kami jumpai mengatakan
kalu hal tersebut memang ganjil. Hal tersebut nampaknya cukup berpengaruh
terhadap penelitian kami dimana kami sulit untuk mendapatkan data obyektif.
Selai itu juga para anggota dewan yang tidak kunjung dapat kami jumpai karena
sibuk dengan agenda kampanye mereka dan lain sebagainya.
Hari kedua tidak jauh berbeda dari sebelumnya. Dalam
pembagian quisioneer kami merubah konsep kami namun tetap tidak jua kami
daptkan hasil yang memadai. Lain halnya dengan akses data yang meski sudah
diminta ada yang menolak untuk
memberikan. Namun kami tetap menaruh ras optimisme dalam diri kami.
Selama beberapa hari disana kami kami menjadi lebih akrab
dan saling mengenal satu sama lain berikut denga kebiasaannya. Itu cukup
menjadi konsumsi dalam benak kami saja. Namun ada satu hal yang menarik yaitu
konsistensi Wina dalam membuat sambeltrasi dari awal datang sampi dengan kami
pulang setiap hari tidak lewat dengan sambel trasi buatannya.
Hari ketiga dosen kami pulang duluan ke Bandara Lampung,
tinggalah kami berlima di sana. Dengan bermodalkepercayaan dari dosen dan
semangat pantang menyerah dari kami hari berikutnya kami upayakan agar semua
data dapat terpenuhi dan kami bisa pulang ke bandar lampung.
Quisioner adalah hal yang cukup mengsankan bagi aku dan Wina
karena itu menjadi tugas kami dan pengalaman daripadanya sungguh mengesankan.
Mulai dari quisioneer yang dilimpahkan
keorang dengan alasan tidak tahu lebih jauh karena masih baru, keramahan dan
kecerdasan dinas pertanian dan perkebunan, sulitnya menemui responden, dan
ktidakobyektifan media dalam memberikan informasi. Selain itu juga masyarakat
ekonomi yang diwakili oleh aliansi bisnis besar yang tidak tahu apa-apa
sehingga kami memberikan penilaian o dalam uji aksesnya. Kami tidak segan2 egan memberikan hal
demikian lantaran ketidakmampuan ia dalam menjawab bahkan membaca quisionerr
serta alasannya bahwa dia tidak berkemampuan untuk memberikan informasi. Kami
cukup menyayangkan sikapnya yang tertutup kepada kami, dan gaya bicaranya yang
keras membuat diri serasa ingin lari saat membacakan quisioner wal hasil kami
harus bersabar lagi setelah menunggunya bangun selama kurang lebih satu jam.
Lain lagi kuisioner yang hendak kami berikan ke ketua ormas yang ternyata juga
seorang anggota dewan yang juga sedang gencar-gencarnya mencalonkan diri.
Shingga kami harus rajin menghubungi untuk mendapatkan quisioner. Selain itu ada juga seorang tokoh masyarakt
dengan kesederhanaannya namun sangat konsekuen dengan apa yang ia buat. Hal
tersebut terlihat manakala ia menjanjikan untuk bertemu lagi ba’da dhuhur
dimana belia menunggu kedatangan kami. Meskipun sebelumnya kami sempat ditolak
lantaran ada kasus yang menimpa kerabatnya, kami tetap ikhlas karena puas
dengan informasi yang ia berikan. Berkat beliau kami mendapat informasi seputar
skandal pencaplokan tanah yang dilakukan Unila terhadap kelurahan Way mengapu
sebelum tahun 90an dalam perjanjian ganti rugi tnam tumbuh. Ketiandaan bukti
fisik membuat mereka selalu kalah saat mengajukan perkara tersebut kepada
aparat yang berwenang. Dalam perkara tersebut msayarakat setempat dirugikan
dengan luas tanah 25 hektar yang kini hanya menjadi lahan yang bleh ditanam
tanpa pernah memiliki hak untuk memiliki dan keberadaannya dibatasi.
Hari keempat tidak banyak yang kami lakukan beberapa
diantara kami pergi untuk melengkapi data yang belum ada dengan konsekuensi
yang bermacam-macam. Sebagian daripadanya baru bisa kami ambil minggu depan
sedangkan esok kami sudah mengagendakan untuk pulang. Kami sempat meminta
tambahan dana akomodasi kepada dosen kami, mengingat ada biaya-biaya yang tak
terduga.
Sehari sebelum pulang kami mengagendakan untuk bakar ikan
dimalam hari. Kami berbagi tugas ada yang mencari data, pergi ke pasar, membuat
bumbu, dan memanggang. Saya dan ketiga teman membersihkan ikan dengan susah
payah lantaran ikannya yang cukup besar, hidup dan memiliki sisik yangsangat
kuat sehingga sulit untuk dibersihkan. Malam hari bumbu dan bara api pun siap
untuk mebakar ikan mas dan dua lele berukuran besar. Bagian permepuan membuagt
sambal dan menyiapkan segala yang dibutuhkan sedangkan yang laki-laki membakar
ikan. Malam itu cukup cerah tidak seidngin waktu kami baru datang dan bulan
bersinar dengan terang. Setelah semua siap kami pun terlebih dahulu menunggu
salah satu dari kami yang pargi sebentar kaman karena ada keperluan. Lama kami
menunggu tapi dia tidak juga datang. Beberapa dari kami tidak sabar dan mencuil
sedikt demi sedikit menu kita malam itu. Ada juga yang memilih untuk bermain
pes sambil menunggu teman kami datang. Setelah memakan waktu yang cukup lama
yang ditunggu akhirnya muncul. Malang nasib kami menunggu ternyata dia sudah
makan kami pun meneriaki “huuu” namun atas dasar kebersamaan kami semua makan
dengan lahapnya dengan menu sederhana ikan bakar dan lalapan serta sambal
terasi dan kecap ala kami. Tak terlupakan suasana kebersamaan pada malam itu.
Hari ke-lima seperti yang sudah direncakan kami pulang
sembari mengunjungi destinasi wisata di Danau Ranau di Lampung Barat dan Pantai
Tanjung Setia di Krui kab Pesisir Barat Lampung.
Trackingnya sangat menantang dengan kelokan tajam dan tebing
yang rawan longsor serta lubang membuat kami harus waspada. Namun kelihaian
dari sopir yang membawa kami menjadikan perjalanan kami tetap aman dan lancar
wlaupun kami tidak dapat tidur dengan tenang didalam mobil karena jalannya yang
demikian. Kami terpukau dengan keindahan danau ranau yang hijau laksana Zamrud
yang bercaya airnya manakalan terkena sinar matahari,jernih dan luas mata
memandang ada pulau kecil disebrangnya. Serda daratan yang tertutup kabut. Kami
tidak lewat untuk mengabadikan pemandangan indah disana.
Sesampainya di Krui kami disuguhkan dengan deburan ombak
yang menggulung surganya pagi para peselancar dan jernihnya air disana menambah
ketakjuban kami. Dikejauhan kami melihat ada yang mencoba papan selancarnya
diatas gulungan ombak. Tanjung setia dan pantai lainnya begitu indah takkan
terlupakan dibenak kami. Namun ada yang kurang disini, kami tidak menumpai para
turis yang biasa datang kemari. Tapi tak apalah...
Kami pulang membawa kesan yang yang banyak kali ini. Kami
belajar, mencari pengalaman, dan menikmati eksotisme keindahan Lampung Barat
dan Pesisir Barat. Hasil kerja yag diupayakan mungkin tak seberapa namun kami
sudah berusaha dengan sbaik-baiknya. Tak
lupa kami ucapakan terimakasih kepada dosen kami atas kesempatan dan pengalaman
berharga ini dan kepada keluarga teman kami yang sedia memapung kami. Dan yang
paling utama kepa Alloh SWT yang begitu kaya dan maha segalanya. Terselip
kerinduan dalam benak kami untuk dapat kembali ketempat ini.Aamiin
by:
my sun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar