my sun

Senin, 18 Agustus 2014

Ramdhanku( sekilas mengingat saudara kita di Palestina)




Keshyahduan kurasakan manakala hari pertama menjelang Ramdhan tiba. Suara merdu sahut menyahut sesekali diiringi suara tabuh dari beduk masjid disekitar rumahku. Alangkah semarak setiap datangnya Ramdhan, baik tua muda, dan anak-anak bersuka cita menyambut datangnya ramadhan denga berbagai hidangan, penampilan, dan petasan(red). Tak lupa amalan terbaik yang telah disipkan jauh sebelum Ramadhan itu tiba bagi mereka yang terbiasa dengan rutunitas ibadah menyambut datangnya Ramdhan.
Ziarah..
Bagi masyarakat kita hal tersebut sudah membudaya karena sering kita dapati menjelang ramdhan sebagian masyarakat berdatangan ke pemekaman umum untuk berziarah kepada orang tua, sanak saudara dan juga sahabat. Satu hal yang positif dalam kegiatan ini ialah mengigatkan kita aka kehidupan dunia yang sementara, dimana masing-masing kita tengah berada pada suatu kondisi menunggu kapan ajal itu tiba. Sehingganya setiap diri tidak boleh kufur terhadap nikmat kehidupan yang Alloh berikan . ziarah dalam prespektif demikian dapat bernilai ibadah karena dilakukan dalam rangka memuhasabahi diri. Namun yang perlu digaris bawahi adalah ketika ibadah yang kita lakukan telah melampaui batas. Yaitu menjadika ziarah sebagai bentuk permintaa kepada orang yang sudah meinggal. Hal tersebut tidak dibenarka dalam islam karena dapat berujung pada syirik. Yaitu meminta kepada selai Alloh.
A:Benda apa yang makin keras makin disukai?
B: Apa ya??
C:Palu...
D: Batu..
A: Buka...petasan..haha
Seorang bocah tengah bercanda dengan teman-temanya di sebuah surau kecil dekat rumah. Segerombolan anak kecil suka memainka benda pembuat bising itu. Tapi ternyata bukan Cuma anak kecil yang suka, muda bahaka dewasa juga suka memainkannya. Bahakan dalam suatu tradisi masyarakat kita ada yang menggunakannya dalam acara penyambutan saat perkawinan dan saat upacara adat. Di bulan Ramdhan petasan banyak bermunculan mungkin dapat dikatakan sebagai wujud ekspresi bagi mereka yang gemar memainkannya terutama pada saat bulan Ramdhan. Karena memang jika kita bandingkan dengan bulan bulan lain petasan banyak bermunculan disaat Rmadhan tiba.
Kehikmatan suasana Ramdhan sore itu berubah mejadi gaduh manakala listrik padam di Kampung kami. Sampai-sampai nenekku berucap “ beginini kalo udah bulan PLN suka main matiin lampu pas orang lagi enak-enak buka sama sahur”. Ya memang pemadaman di tempatku dan mungkin juga di tempat lain sering terjadi disaat berbuka da sahur. Seolah tidak mentolerir orang yangtengah berpuasa.
Aku terhenyak dalam lamunanku sendiri pada saat itu. Sahabat ternyata jika kita menengok saudara kita nun jauh disana, dinegeri dimana kebebasan itu dipenjara, dan kejahatan terhadap umata manusia merajalela. Kita masih jauh amat beruntung diberikan Ramdhan yang aman, nyaman, dan tenteram. Siapa yang tahu kalau hidangan yang lezat kita kita konsumsi setiap hari menjelang berbuka dan sahur belum tentu mereka nikmati. Jangankan sebijih kurma seteguk airpun sangat mahal didapat. Baju yang indah yang kita kenakan saat kemasjid dan berkunjung ketempat sahabat belum tentu mereka dapati saat ini. bagi mereka dapat menutup aurat dengan baik dan terjaga kehormatannya sungguh merupakan kenikmatan yang luar biasa. Lampu, seirng kita mengeluh dengan panas, gelap, dan pengap terkadang menjadikan rutinitas bahkan kewajiban kita terhambat karenanya. Padahal mereka nun jauh disana tidak asing lagi dengan kata padam, gelap, apalagi gelap. Hal demikian seolah sudah bersahabat dengan mereka. Belum lagi petasan yang kita bunyikan sebagai wujud ekspresi keceriaan menyambut ramadhan, bisa jadi malah menjadi petaka bagi mereka yag kesehariannya deperdengarkan dengan suara rudal dan bom atom yang berjatuhan.
Sungguh nikmat yang kita rasakan saat ini begitu berlimpah dan sering kita kufur terhadapnya. Dengan menilik saudara kita di Bumi nanjauh disana namun semoga Alloh jalinkan kedekatan diantara kita dengan mereka dalam Rabitah yag kita lantunkan setiap pagi dan petang serta do’a-do’a terbaik yang kita mohonkan Pada Yang Maha Kuasa kepada mereka. Ya Saudara kita di Negeri Palestina, negeri dimana dahuluya terdapat kiblat pertama umat islam Negeri yang kini jadi jajahan. Semoga kita semakin tergerak untuk terus senantiasa bersyukur akan kondisi yang yang dapati hari ini. boleh jadi segala kenikmatan yang ada merupakan karunia dari Alloh atau sebaliknya menjadi ujian terjhadap eksistensi diri kita sebagai hamba.
Dan suasana sore itu menjadi muhasabah bagi diri ini betapa Alloh telah limpahkan begitu banyak nikmat kepada kita. Wallohualam bishowam..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

si antagonis

belajar jadi tokoh paling antagonis sampai buat orang jadi lari ketakutan hampir mati si antagonis ini tak pernah hilang akal buat orang...