Keshyahduan kurasakan manakala hari pertama
menjelang Ramdhan tiba. Suara merdu sahut menyahut sesekali diiringi suara
tabuh dari beduk masjid disekitar rumahku. Alangkah semarak setiap datangnya Ramdhan,
baik tua muda, dan anak-anak bersuka cita menyambut datangnya ramadhan denga
berbagai hidangan, penampilan, dan petasan(red). Tak lupa amalan terbaik yang
telah disipkan jauh sebelum Ramadhan itu tiba bagi mereka yang terbiasa dengan
rutunitas ibadah menyambut datangnya Ramdhan.
Ziarah..
Bagi masyarakat kita hal tersebut sudah
membudaya karena sering kita dapati menjelang ramdhan sebagian masyarakat
berdatangan ke pemekaman umum untuk berziarah kepada orang tua, sanak saudara
dan juga sahabat. Satu hal yang positif dalam kegiatan ini ialah mengigatkan
kita aka kehidupan dunia yang sementara, dimana masing-masing kita tengah
berada pada suatu kondisi menunggu kapan ajal itu tiba. Sehingganya setiap diri
tidak boleh kufur terhadap nikmat kehidupan yang Alloh berikan . ziarah dalam
prespektif demikian dapat bernilai ibadah karena dilakukan dalam rangka
memuhasabahi diri. Namun yang perlu digaris bawahi adalah ketika ibadah yang
kita lakukan telah melampaui batas. Yaitu menjadika ziarah sebagai bentuk permintaa
kepada orang yang sudah meinggal. Hal tersebut tidak dibenarka dalam islam
karena dapat berujung pada syirik. Yaitu meminta kepada selai Alloh.
A:Benda apa yang makin keras makin disukai?
B: Apa ya??
C:Palu...
D: Batu..
A: Buka...petasan..haha
Seorang bocah tengah bercanda dengan
teman-temanya di sebuah surau kecil dekat rumah. Segerombolan anak kecil suka
memainka benda pembuat bising itu. Tapi ternyata bukan Cuma anak kecil yang
suka, muda bahaka dewasa juga suka memainkannya. Bahakan dalam suatu tradisi
masyarakat kita ada yang menggunakannya dalam acara penyambutan saat perkawinan
dan saat upacara adat. Di bulan Ramdhan petasan banyak bermunculan mungkin
dapat dikatakan sebagai wujud ekspresi bagi mereka yang gemar memainkannya
terutama pada saat bulan Ramdhan. Karena memang jika kita bandingkan dengan
bulan bulan lain petasan banyak bermunculan disaat Rmadhan tiba.
Kehikmatan suasana Ramdhan sore itu berubah
mejadi gaduh manakala listrik padam di Kampung kami. Sampai-sampai nenekku
berucap “ beginini kalo udah bulan PLN suka main matiin lampu pas orang lagi
enak-enak buka sama sahur”. Ya memang pemadaman di tempatku dan mungkin juga di
tempat lain sering terjadi disaat berbuka da sahur. Seolah tidak mentolerir
orang yangtengah berpuasa.
Aku terhenyak dalam lamunanku sendiri pada saat
itu. Sahabat ternyata jika kita menengok saudara kita nun jauh disana, dinegeri
dimana kebebasan itu dipenjara, dan kejahatan terhadap umata manusia
merajalela. Kita masih jauh amat beruntung diberikan Ramdhan yang aman, nyaman,
dan tenteram. Siapa yang tahu kalau hidangan yang lezat kita kita konsumsi
setiap hari menjelang berbuka dan sahur belum tentu mereka nikmati. Jangankan
sebijih kurma seteguk airpun sangat mahal didapat. Baju yang indah yang kita
kenakan saat kemasjid dan berkunjung ketempat sahabat belum tentu mereka dapati
saat ini. bagi mereka dapat menutup aurat dengan baik dan terjaga kehormatannya
sungguh merupakan kenikmatan yang luar biasa. Lampu, seirng kita mengeluh
dengan panas, gelap, dan pengap terkadang menjadikan rutinitas bahkan kewajiban
kita terhambat karenanya. Padahal mereka nun jauh disana tidak asing lagi
dengan kata padam, gelap, apalagi gelap. Hal demikian seolah sudah bersahabat
dengan mereka. Belum lagi petasan yang kita bunyikan sebagai wujud ekspresi
keceriaan menyambut ramadhan, bisa jadi malah menjadi petaka bagi mereka yag
kesehariannya deperdengarkan dengan suara rudal dan bom atom yang berjatuhan.
Sungguh nikmat yang kita rasakan saat ini begitu
berlimpah dan sering kita kufur terhadapnya. Dengan menilik saudara kita di
Bumi nanjauh disana namun semoga Alloh jalinkan kedekatan diantara kita dengan
mereka dalam Rabitah yag kita lantunkan setiap pagi dan petang serta do’a-do’a
terbaik yang kita mohonkan Pada Yang Maha Kuasa kepada mereka. Ya Saudara kita
di Negeri Palestina, negeri dimana dahuluya terdapat kiblat pertama umat islam
Negeri yang kini jadi jajahan. Semoga kita semakin tergerak untuk terus
senantiasa bersyukur akan kondisi yang yang dapati hari ini. boleh jadi segala
kenikmatan yang ada merupakan karunia dari Alloh atau sebaliknya menjadi ujian
terjhadap eksistensi diri kita sebagai hamba.
Dan suasana sore itu menjadi muhasabah bagi diri
ini betapa Alloh telah limpahkan begitu banyak nikmat kepada kita. Wallohualam
bishowam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar