my sun

Sabtu, 14 Juni 2014

Empat Pilar muslimah dalam berkiprah




Islam memberikan keleluasaan bagi muslimah untuk dapat berbuat dan beramal sholihsebanyak-banyaknya. Hal tersebut menjadi keuntungan darimuslimah. Ada beherapa pilar yang dapat dijadikan sandaran bagi muslimah untuk berkiprah dalam lapangan ilmiyah di masyarakat :
Pertama, laki-laki dan perempuan memiliki derajat hak dan tanggung jawab yang sama disisi Allah Ta’ala. Namun jangan berpikir bahwa persamaaan ini juga menuntut tugas yang sama. Sekali lagi, sebagaimana telah diungkap di atas, keduanya ada dalam orbit yang berbeda. Keduanya memiliki tugas dan peran yang berbeda-beda, namun saling melengkapi. Untuk itu, keduanya pun harus memiliki bekal yang cukup sehingga tugas yang diletakkan pada pundaknya dapat terlaksana.
Kedua, laki-lakidanperempuan diberi bekal fitrah dan potensi yang sama. Saat Allah Ta’ala menciptakan manusia, tak pernah dibedakan apakah ia perempuan atau laki-laki. Karena itu, peluang perempuan untuk berprestasi terbuka sama lebarnya dengan laki-laki. Tinggal sekali lagi, tentu keduanya berada pada orbit masing-masing.
Maka tak heran jika Rasulullah SAW memuji perempuan Anshar yang giat bertanya: “Allah akan merahmati perempuan Anshar, mereka tidak malu-malu lagi mempelajari agama.”
Ketiga, perempuan islam haruslah perempuan yang penuh dengan vitalitas dan kerja nyata. Rasulullah SAW menganjurkan agar kaum wanita selalu berkarya, “Sebaik-baik canda seorang mukminah di rumahnya adalah bertenun.” (Asadul Ghabah, jilid 1, hal. 241).
Qailah Al-Anmariyah, seorang sahabiyah yang juga pedagang, pernah bertanya pada Rasul: “Ya Rasulullah, saya ini seorang pedagang. Apabila saya mau menjual barang, saya tinggikan harganya di atas yang diinginkan, dan apabila saya membeli saya tawar ia di bawah yang ingin saya bayar. Maka Rasul menjawab, “Ya, Qailah! Janganlah kau berbuat begitu. kalau mau beli, tawarlah yang wajar sesuai yang kau inginkan. Dikasih atau ditolak.”
Ustadz Umar Tilmisani menyatakan bahwa Islam tidak melarang seorang perempuan menjadi dokter, guru sekolah, tokoh masyarakat, perawat, peneliti dalam berbagal bidang ilmu, penulis, penjahit serta profesi lain sepanjang itu tidak bertentangan dengan kodrat perempuannya.
Keempat, hendaknya aktivitas dibidang keilmuwan itu tidak melupakan tugas utama seorang perempuan sebagai penanggung jawab masalah kerumahtanggaan. Firman Allah Ta’ala : “Dan hendaklah kamu tetap di rumah-rumah kamu…” (QS. al-Ahzab : 33).
Jika keserasian ini terjaga, maka tak hanya ummat Islam yang heruntung karena mendapat tambahan tenaga dan partner baru dalam berjuang, namun cita-cita menegakkan kalimat Allah kian datang mendekat. Semoga Allah Ta’ala selalu menyertai langkah kita. Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

si antagonis

belajar jadi tokoh paling antagonis sampai buat orang jadi lari ketakutan hampir mati si antagonis ini tak pernah hilang akal buat orang...